Rabu, 07 Januari 2015

Media Pembelajaran : Pengertian,Jenis dan Manfaat

Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.



 Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.  Dalam Proses belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari Guru kepada peserta didik. 
Kelancaran Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh Media Pembelajaran yang digunakan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian  hipotesa. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
  1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
  2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
  3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
  4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
  5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
  8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Posisi media pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.

Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya :

  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang  menentukan hasil  belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan  ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.

Tujuan menggunakan media pembelajaran :

Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu :
-          mempermudah proses belajar-mengajar
-          meningkatkan efisiensi belajar-mengajar
-          menjaga relevansi dengan tujuan belajar
-          membantu konsentrasi mahasiswa
-          Menurut Gagne : Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar
-          Menurut Briggs : Wahana fisik yang mengandung materi instruksional
-          Menurut Schramm : Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional
-          Menurut Y. Miarso : Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa
Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat  dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.

 Macam-Macam Media Pembelajaran


 
Klasifikasi Media
1. Media Audio
Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran.contoh media yang dapat dikelompokkan dalam media audio diantarany : radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dll.
2. Media Visual
Media visual yaitu media yang mengandalkan indra penglihat. Media visual dibedakan menjadi dua yaitu (1) media visual diam (2) media visual gerak
a. Media visual diam contohnya foto, ilustrasi, flashcard,gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rngkai,OHP, grafik, bagan, diagram, poster, peta, dan lain- lain.
b. Media visual gerak contohnya gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan sebagainya.
3. Media audio visual
Media audiovisual merupakan media yang mampu menampilkan suara dan gambar. Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi 2 yaitu (1) madia audio visual diam, dan (2) media audio visual gerak.
a). Media audiovisual diam diantaranya TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, buku bersuara.
b). Media audio visual gerak diantaranya film TV, TV, film bersuara, gambar bersuara, dll.
4. Media Serbaneka
Media serbaneka merupakan suatu media yang disesuaikan dengan potensi di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contoh media serbaneka diantaranya : Papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan sumber belajar pada masyarakat.
a). Papan (board) yang termasuk dalam media ini diantaranya : papan tulis, papan buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik, dan papan paku.
b). Media tiga dimensi diantaranya : model, mock up, dan diorama.
c). Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya . contoh pemanfaatan realit misalnya guru membawa kelinci, burung, ikan atau dengan mengajak siswanya langsung ke kebun sekolah atau ke peternakan sekolah.
d). Sumber belajar pada masyarakat diantaranya dengan karya wisata dan berkemah
Latuheru (1988) menyatakan bahwa (1) media pembelajaran berguna menarik minat siswa terhadap materi  pembelajaran yang disajikan, (2) media pembelajaran berguna dalam hal meningkatkan pengertian anak didik terhadap materi yang disajikan, (3) media pembelajaran mampu menyajikan data yang kuat dan terpercaya .
Heinich, Malenda, Russel (1982) dalam Ilda Prayitno (1989) mengemukakan keuntungan penggunaan media dalam pembelajaran adalah:
1)   Membangkitakan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurang            kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya.
2)   Meningkatkan minat siswa untuk materi pelajaran.
3)   Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar.
4)   Dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan.
5)   Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-materi yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam.
Sehingga pembuatan media pembelajaran diperlukan untuk proses pelaksanaan pembelajaran dan proses berpikir siswa.
MANFAAT PENGGUNAAN MEDIA DALAM KELAS :

Sebagai bagian integral pengajaran di kelas adalah sebagai berikut: 1). Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. 2). Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. 3). Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. 4). Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. 5). Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan 6). Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan. 7). Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8). Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif,dalam proses belajar mengajar.
BERBAGAI JENIS MEDIA PEMBELAJARAN :
Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang palng sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang.
Berbagai sudut pandang untuk menggolongkan jenis-jenis media.
Rudy Bretz (1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak):
1.      Media audio
2.      Media cetak
3.      Media visual diam
4.      Media visual gerak
5.      Media audio semi gerak
6.      Media visual semi gerak
7.      Media audio visual diam
8.      Media audio visual gerak

Anderson (1976) menggolongkan menjadi 10 media:
1. Audio    : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2. Cetak    : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3. Audio-cetak    : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4. Proyeksi visual diam    : Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
5. Proyeksi audio visual diam    : film bingkai slide bersuara
6. Visual gerak        : film bisu
7. Audio visual gerak        : film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi
8. Obyek fisik        : Benda nyata, model, spesimen
9. Manusia dan lingkungan        : guru, pustakawan, laboran
10. Komputer        : CAI
Schramm (1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).
Henrich, dkk menggolongkan:
1.      media yang tidak diproyeksikan
2.      media yang diproyeksikan
3.      media audio
4.      media video
5.      media berbasis komputer
6.      multi media kit.
Pada artikel ini, media akan diklasifikasikan menjadi media visual, media audio, dan media audio-visual.
jenis media belajar, diantaranya:
1.    Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2.    Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3.    Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya
4.    Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
5.    Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Jenis Media        1    2    3    4    5    6
Gambar Diam     S    T    S    S    R    R
Gambar Hidup    S    T    T    T    S    S
Televisi               S    S    T    S    R    S
Obyek Tiga Dimensi    R    T    R    R    R    R
Rekaman Audio            S    R    R    S    R    S
Programmed Instruction    S    S    S    T    R    S
Demonstrasi        R    S    R    T    S    S
Buku teks tercetak    S    R    S    S    R    S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
A. MEDIA VISUAL
1.      Media yang tidak diproyeksikan
A. Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
B. Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.
C. Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:
1) gambar / foto: paling umum digunakan
2) sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.
3) diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme.
4) bagan / chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal.
5) grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan.
2.      Media proyeksi
1.Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:
-  Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu
-  Membuat sendiri secara manual
2.Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.
B. MEDIA AUDIO
1.Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif.
2.Kaset-audio
Yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan perawatan murah.
C. MEDIA AUDIO-VISUAL
1.Media video
Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.
2.Media komputer
Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.

Manfaat Media Dalam Pembelajaran 
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran.  Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.  Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.  [4]

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.  Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :

1.    Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2.    Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3.    Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4.    Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5.    Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6.    Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
7.    Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
8.    Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. [5]

Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang lain.  Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat                         memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat                  menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan      kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya

3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu

4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-          peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,        masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata.  Kunjungan-kunjungan ke museum    atau kebun binatang

Jumat, 19 Desember 2014

Kedudukan Sejarah Lisan Dalam Penulisan Sejarah

Kedudukan Sejarah Lisan Dalam Penulisan Sejarah


Tradisi yang berkembang di Indonesia adalah tradisi lisan. Tradisi yang kuat dan mencengkram dalam kehidupan setiap manusia Indonesia. Tradisi inilah yang menjadi point plus dalam penulisan sejarah di Indonesia. Perlu dibedakan pengertian antara tradisi lisan dengan sejarah lisan.Tradisi lisan adalah cerita rakyat yang diungkapkan melalui lisan dan dikembangkan secara berurutan juga secara lisan, namun si pelisan bukan penyaksi atau pelaku peristiwa. Berbeda dengan sejarah lisan yakni si pelisan benar-benar terlibat atau sebagai penyaksi peristiwa yang terjadi.seejarah lisan ini bisa diterapkan terutama dalam cakupan tempat yang kecil, yakni cakupan lingkungan.
Sejarah lisan akan membangun sejarah yang lebih dalam. Peserta didik akan terbawa pada suasana sejarah yang dituturkan oleh si pelisan tersebut. Dengan cakupan yang kecil pula pemahaman bisa dioptimalkan.Contohnya konkritnya seperti di lingkungan peserta didik, ada cerita bersejarah. Cerita itu akan membawa rasa keingintahuan dengan rangsangan dari pengajar. Cerita yang akan dituturkan akan berdampak psikologis bagi peserta didik. Peserta didik terbawa untuk tahu dan mengerti dengan sejarah lingkungannya sendiri. Sehingga transfer budaya dari golongna tua terhadap golongan muda tidak akan terputus. Hal itu akan berdampak lebih pada psikologis. Dampaknya para generasi muda tidak akan berorientasi pada kota. Orientasi pada kota sangatlah membebankan salah satu pihak saja. Lebih dari itu pembanguan yang digalakkan tidak akan cukup merata.Serta perlu digaris bawahi. Sejarah lingkungan sama seperti sejarah lokal dalam memiliki cakupan yang lebih sempit. Lingkungan yang dijadikan tempat tinggal dengan pengertian dan partisipasi dari peserta didik. Melalui pengetahuan awal diharapkan sejarah lebih menarik.Melalui itu mereka bisa menulis dari hasil cerita orang lain dan menceritakan hal tersebut di dalam kelas. Peserta didik yang masuk ke dalam kelas sudah membawa bekal untuk disampaikan. Peserta didik juga membuat cerita pribadai, yang sering disebut sebagai mengarang. Mengarang di sini bukan dalam bentuk karangn imajinatif, namun lebih pada karangan yang telah dilakukan atau telah dirasakan. Karangan yang berdasrkan fakta-fakta. Lebih singkatnya karangan tengan diri sendiri. Mengarang “sejarah” dengan menggunakan daya ingat sangatlah membantu untuk apresiasi akan sesuatu hal.
Sejarah lisan secara sederhana dapat dipahami sebagai peristiwa-peristiwa sejarah terpilih yang terdapat di dalam ingatan hampir setiap individu manusia. Dengan pemahaman seperti itu, menjadi jelas ada di mana sebenarnya sejarah lisan. Sejarah lisan ada di dalam memori manusia. Untuk itu, agar sejarah lisan dapat digunakan sebagai sumber sejarah, perlu ada upaya untuk mengeluarkannya dari memori individu manusia. Tanpa itu, bisa jadi sejarah lisan tidak akan pernah bisa digunakan sebagai sumber sejarah dan akan menjadi hak milik abadi sang pemilik kisah. Dalam kaitannya dengan upaya untuk mengeluarkan sejarah lisan dari memori individu manusia maka akan sampailah pada pembicaraan tentang cara, teknik, atau metode untuk mengeluarkannya. Cara, teknik, atau metode untuk mengeluarkan sejarah lisan ini untuk mudahnya bisa disebut sebagai metode sejarah lisan.
Tahap Persiapan Ada delapan langkah kegiatan yang perlu mendapat prioritas perhatian. Kedelapan langkah kegiatan tersebut, meliputi, perumusan topik penelitian, penetapan judul penelitian, pembuatan kerangka penelitian, pembuatan kendali wawancara, inventarisasi dan seleksi pengkisah, kontak dengan pengkisah, pengenalan lapangan, dan persiapan alat rekam. Urut-urutan langkah kegiatan yang akan diuraikan di bawah ini tidaklah bersifat kaku, bisa jadi karena pertimbangan situasi dan kondisi, langkah kegiatan yang satu lebih didahulukan dibanding langkah kegiatan lainnya.
Perumusan Topik Penelitian Pada dasarnya sebuah kegiatan penggalian sejarah lisan baru dapat dilakukan dengan baik manakala telah diperoleh kejelasan tentang topik yang akan diteliti. Untuk menentukan topik penelitian, setidaknya ada empat pertimbangan yang perlu dilakukan, yaitu :
1.      Manageable topic, topik yang diteliti ada dalam jangkauan kemampuan intelektual, finansial, dan ketersediaan waktu
2.      Obtainable topic, pengkisah yang diperlukan untuk menggali sejarah lisan yang sesuai dengan topik yang telah dirumuskan masih hidup dan relatif mudah untuk dijangkau.
3.      Significance of topic, topik cukup penting untuk diteliti. Pengukuran kepentingan topik dalam penggalian sejarah lisan dapat pula dilihat dari nilai rekonstruksi yang akan dihasilkan. Bila sebuah rekonstruksi sejarah melalui sejarah lisan akan mampu mencerahkan pemahaman sejarah masyarakat tentang suatu peristiwa yang tengah menjadi bahan pembicaraan atau masih gelap alurnya bisa pula kiranya dikedepankan untuk diberi prioritas.
4.      Interested topic, topik menarik untuk diteliti. Pertimbangan keempat dalam memilih topik ini benar-benar diarahkan kepada ketertarikan peneliti terhadap topik yang dipilihnya.
            Pemahaman Masalah Memahami masalah yang akan diteliti sebagaimana tercermin dalam judul penelitian perlu dilakukan agar sebelum penggalian sejarah lisan dilakukan, penggali sejarah lisan telah memiliki bekal awal tentang peristiwa atau materi yang akan ditelitinya. Upaya memahami masalah dapat dilakukan melalui pendekatan konvensional dan pendekatan non konvensional. Pendekatan konvensional dilakukan dengan melacaknya terlebih dahulu melalui sumber-sumber tertulis, baik yang ada di lembaga-lembaga kearsipan maupun perpustakaan-perpustakaan. Pendekatan non konvensional dilakukan dengan melacak materi atau peristiwa yang akan diteliti melalui internet. Dari perumusan masalah akan dihasilkan kerangka penelitian yang penting untuk dibuat karena dapat menjadi petunjuk tentang informasi sejarah lisan yang diperlukan.
            Pembuatan Kendali Wawancara memiliki fungsi sebagai alat pancing untuk memperoleh informasi sejarah lisan sebagaimana yang diinginkan.    Tampilan kendali wawancara sebagai penjabaran lebih lanjut dari kerangka sementara tidak lain berupa daftar pertanyaan. Penting kiranya untuk diperhatikan, pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam kendali wawancara haruslah dibuat sesederhana mungkin tetapi jelas dan mudah dipahami. Terlebih bila pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan kepada para pemilik sejarah lisan yang berasal dari komunitas masyarakat yang sederhana dan kurang atau bahkan tidak terdidik. Untuk itu semua, sudah selayaknya bila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dimulai dengan 5 W (who,what,when, where, why) dan 1 H (how).
            Inventarisasi dan Seleksi Pengkisah. Gambaran awal tentang keberadaan para pemilik sejarah lisan atau pengkisah sebenarnya sudah harus diperoleh sejak topik dirumuskan. Oleh karenanya, pada langkah kegiatan ini, inventarisasi dipahami sebagai proses penyusunan daftar pengkisah sesuai dengan derajat perannya dalam peristiwa sejarah serta perluasan daftar pengkisah yang akan digali sejarah lisannya. Akan menjadi baik kiranya bila daftar pengkisah ini dibuat sebanyak mungkin. Adapun yang dimaksud pengkisah (interviewee) adalah saksi hidup yang menceriterakan kesaksiannya melalui wawancara yang direkam dalam alat rekam. Kesaksian lisan dari tangan pertama, bisa berupa peristiwa tertentu yang dialami sendiri, dirasakan sendiri, didengar sendiri, dilihat sendiri, atau dipikirkan sendiri secara langsung oleh pengkisah. Setelah inventarisasi dilakukan, maka dilakukanlah seleksi pengkisah. Seleksi pengkisah yang paling sederhana menyangkut dua hal, yaitu usia dan kesehatan mental. Kemudian Kontak dengan Pengkisah , Pengenalan Lapangan, dimaksudkan sebagai upaya mengenal medan tempat wawancara akan dilakukan.  Pengenalan Alat Rekam Fungsi alat rekam bagi seorang penggali sejarah lisan dalam kegiatan penggalian sejarah lisan merupakan suatu conditio sine qua non. .
            Tahapan pelaksanaan kegiatan penggalian sejarah lisan juga dapat dibagi lagi dalam beberapa langkah kegiatan yang terdiri dari lima tahap, meliputi pembuatan label wawancara, pembukaan wawancara, menjaga suasana wawancara, membuat catatan, dan mengakhiri wawancara.
Pembuatan indeks dan transkripsi dalam metode sejarah lisan dapat dikatakan sebagai tahapan akhir proses penggalian sejarah lisan. Tujuananya untuk mempermudah penggunaan hasil penggalian sejarah lisan sebagai sumber sejarah. pembuatan transkripsi dimaksudkan untuk mempermudah pengolahan hasil penggalian sejarah lisan. Dengan melakukan transkripsi, yang inti kegiatannya berupa pengalihan bentuk lisan ke bentuk tulisan, proses pengolahan sejarah lisan sebagai sumber sejarah diharapkan menjadi lebih mudah dan lebih cepat.
Pembuatan Indek Sejalan dengan fungsinya, pembuatan indeks haruslah diupayakan mampu memberi gambaran yang jelas dan utuh tentang isi kaset hasil penggalian sejarah lisan. Untuk itu, perlu ada penguraian yang cermat dan cerdas tentang isi hasil penggalian sejarah lisan ke dalam bagian-bagian tertentu, Secara teknis, setidaknya ada dua alternatif pilihan dalam pembuatan indeks, yaitu : • Pembuatan indeks dengan berdasarkan pada pembagian waktu atau ke dalam satuan menit dan jam.• Pembuatan indeks berdasarkan angka yang terdapat pada tape (tape counter).

Pembuatan Transkripsi Kaset hasil penggalian sejarah lisan pada dasarnya sudah memadai untuk digunakan sebagai sumber sejarah. Namun, manakala berbicara tentang kemudahan untuk mengolahnya maka pembuatan transkripsi mau tidak mau harus dikedepankan sebagai jawabannya. Sejarah lisan tanpa transkripsi sering dikatakan sebagai kelemahan yang khas dari sejarah lisan, karena dipandang tidak praktis dalam pemanfaatannya. Dengan demikian, pengalihan dari bentuk lisan ke bentuk tulisan tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan kejernihan (clarity) dan untuk menggampangkan (readability). Kejernihan yang diharapkan dari pembuatan transkripsi tidak lain adalah kejelasan tentang apa yang terekam di dalam kaset. Seringkali karena suara pengkisah yang tidak jelas, kondisi alat rekam yang kurang baik, tempat wawancara yang bising, atau munculnya suara-suara yang tidak terduga selama wawancara mengakibatkan hasil wawancara kurang begitu jelas terdengar. Dalam kondisi demikian, biasanya hanya pewawancaralah yang lebih bisa mengenali dengan relatif lebih baik apa yang disampaikan oleh pengkisah, termasuk segala bunyi yang ada di dalam hasil rekaman, dan sebaliknya hampir sulit bagi orang lain untuk dapat menangkapnya dengan jelas. Pembuatan transkripsi hasil penggalian sejarah lisan juga diharapkan dapat menggampangkan proses pengolahan..